Pendahuluan
Tanaman tapak dara (Catharanthus roseus) dikenal memiliki potensi antikanker yang signifikan, dengan berbagai senyawa aktif yang berpotensi dalam terapi kanker. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi aktivitas antikanker ekstrak tapak dara dari beberapa daerah di Jawa Timur terhadap sel kanker serviks HeLa secara in vitro.

Metodologi
1. Persiapan Ekstrak:

  • Pengambilan Sampel: Daun tapak dara diambil dari beberapa daerah di Jawa Timur untuk mendapatkan variasi dalam ekstrak.
  • Ekstraksi: Daun tapak dara dikeringkan dan diekstraksi menggunakan pelarut etanol atau metanol melalui metode maserasi atau perkolasi. Ekstrak kemudian dikonsentrasikan dan disiapkan dalam berbagai konsentrasi untuk pengujian.

2. Kultur Sel Kanker Serviks HeLa:

  • Kultur Sel: Sel kanker serviks HeLa dikulturkan dalam medium pertumbuhan yang sesuai dan dipelihara dalam kondisi laboratorium yang terkontrol.

3. Pengujian Aktivitas Antikanker:

  • Pemberian Ekstrak: Sel HeLa diberi perlakuan dengan ekstrak tapak dara dari berbagai daerah pada konsentrasi yang ditentukan (misalnya 10 µg/mL, 50 µg/mL, 100 µg/mL, 200 µg/mL) selama periode inkubasi yang ditentukan.
  • Kontrol: Kontrol negatif (medium tanpa ekstrak) dan kontrol positif (senyawa antikanker yang diketahui, seperti doxorubicin) disertakan.

4. Metode Pengujian:

  • Uji MTT: Aktivitas antikanker diukur dengan menggunakan metode MTT assay untuk menilai viabilitas sel setelah perlakuan ekstrak. Sel yang hidup akan menghasilkan formazan dari MTT.
  • Uji Apoptosis: Pengujian apoptosis dilakukan menggunakan kit TUNEL atau analisis flow cytometry untuk menentukan efek ekstrak terhadap kematian sel kanker.
  • Uji Proliferasi Sel: Proliferasi sel dikaji dengan metode proliferasi sel, seperti uji bromodeoxyuridine (BrdU) atau alamarBlue.

5. Analisis Data:

  • Viabilitas Sel: Penyerapan formazan diukur menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 570 nm untuk menentukan viabilitas sel.
  • Apoptosis: Jumlah sel yang mengalami apoptosis dihitung dan dibandingkan antara kelompok perlakuan dan kontrol.
  • Proliferasi: Data proliferasi sel dianalisis untuk mengevaluasi efek ekstrak terhadap laju pertumbuhan sel kanker.

Hasil dan Pembahasan:

  • Aktivitas Antikanker Ekstrak dari Berbagai Daerah:
    • Ekstrak dari Daerah A: Menunjukkan penurunan viabilitas sel HeLa secara signifikan pada konsentrasi tertentu, dengan peningkatan apoptosis yang terlihat.
    • Ekstrak dari Daerah B: Memperlihatkan efek antikanker yang lebih rendah dibandingkan dengan ekstrak dari Daerah A, meskipun ada penurunan viabilitas sel.
    • Ekstrak dari Daerah C: Menunjukkan aktivitas antikanker yang signifikan dengan peningkatan apoptosis dan penurunan proliferasi sel.
  • Perbandingan dan Efektivitas: Beberapa ekstrak menunjukkan potensi antikanker yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol positif, dengan variasi efektivitas tergantung pada daerah asal.

Kesimpulan:
Ekstrak tapak dara dari beberapa daerah di Jawa Timur menunjukkan aktivitas antikanker yang signifikan terhadap sel kanker serviks HeLa. Variasi dalam efektivitas antikanker di antara ekstrak dari berbagai daerah menunjukkan potensi adanya perbedaan dalam kandungan aktif tanaman. Hasil ini mendukung penggunaan ekstrak tapak dara sebagai agen antikanker dan menggarisbawahi perlunya penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi komponen aktif dan mekanisme aksi.